Senin, 30 Mei 2011

Halo, Ma !




Halo Ma. Haha, ini pertama kalinya aku nulis untuk Mama.
Belakangan ini aku agak nggak nyaman karena sangat kekurangan bahan obrolan yang menyenangkan sama Mama. Bukan aku keberatan harus nemenin Mama berjam-jam nonton sinetron. Tenang, aku betah. Cuma, kenapa kita jarang sekali bicara asyik saat jeda iklan ? Haha, bukan masalah besar sih. Seperti yang mereka bilang. “kadang walaupun sedang berdua atau bahkan berbanyak, orang-orang cuma butuh diam”. Dan memang aku tahu banget Mama bukan talkative, masalahnya, aku juga bukan talkative. Jadi ya, hal kecil yang nggak penting untuk dibahas ini kalau dibiarkan berlarut-larut akan menjadi garing. Rumah udah sangat sepi, dan kita nggak punya obrolan ? Rasanya aneh.
Lalu aku sedikit khawatir waktu Mama bilang sering deg-degan dan keringat dingin. Ayolah, Ma, jangan remehkan penyakit. Cukup Papa yang kayak gitu, jangan ikut-ikut. Jujur aku selalu bĂȘte kalau Mama nggak pernah mau diajak berobat, sok kuat. Yang namanya penyakit, sekecil apapun, pasti akan menggerogoti.
Well, oke. Mungkin Mama nggak akan paham buat apa aku jadi seperti belasan tahun lebih tua daripada Mama dan mendikte ini-itu tentang pola makan Mama, kesehatan Mama. Tapi gimana kalau aku bilang, “Aku nggak mau kehilangan Mama” ? Terus aku peluk Mama sambil nangis karena sumpah kehilangan itu hal yang paling menakutkan. Apa Mama peluk aku balik dan mau dengerin aku sampai seterusnya ?
Sayangnya, aku gengsi.
Tapi apapun itu, doa-doaku menyertaimu, Ma. Sehat, ya. Dan semoga Mama bisa murah ketawa lagi kayak dulu. Amin.

cuplikan film Bride Wars

Pesan

“Lengan baju kamu naikin ke atas, suapaya kamu keliatan kayak preman. Supaya nggak ada laki-laki yang berani goda kamu waktu kamu sendirian. Karena walaupun kamu perempuan, kamu nggak boleh terlihat lemah” – Papa.

Pengorbanan

Mereka bilang, aku ini gendut, gembrot, kelebihan lemak, hingga yang lebih menyakitkan : obesitas.

Aku membawa berat badanku—yang memang berat—ke mana-mana. Berjalan ke sana, kemari, kesusahan. Mungkin aku butuh semacam kursi roda atau troli untuk bisa mengantarkanku ke mana-mana agar semakin hina orang melirikku.

Sungguh, aku benci makan. Makan itu hal pokok yang awalnya hanya keharusan, tapi lama-kelamaan menjadi keterpaksaan. Aku harus makan. Menjejali suap-suap empat sehat lima sempurna kapanpun, bahkan ketika aku masih sangat kenyang dan hampir muntah.

Aku. Harus. Makan.

Agar aku gendut, gembrot, kelebihan lemak, dan obesitas.

Aku. Harus.

Agar ketika majikanku memperlakukanku seperti kucing hina, membanting, menendang, memukulku dengan tangan-tangannya yang lancang, melempariku dengan barang-barang panas, lalu membiarkanku membusuk kelelahan di dalam kamar mandi, aku masih bisa tenang.

Dagingku tebal, cadangan makananku banyak. Tidak akan terasa sebegitu menyakitkannya.

Aku harus makan banyak.

Kulirik lembar-lembar uangku. Beruntung menjadi TKI, gaji selalu membuat dompet tebal, hanya saja harus ada pengorbanan yang sama tebalnya.

Cari di Sini

 
 
Copyright © Sepotong Keju
Blogger Theme by BloggerThemes Design by Diovo.com